15/06/15

Makalah Pengumpulan Data Dalam Manajemen

Makalah Pengumpulan Data Dalam Manajemen_

Makalah Pengumpulan Data Dalam Manajemen - Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian.

Validitas dari data ditingkatkan jika alat pengukur dan kualitas pengambilan datanya cukup valid. Dalam penelitian untuk bidang tertentu, seperti pada penelitian beberapa masalah psikologis, si pengambil data adalah peneliti sendiri yang harus trampil.

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data data. Banyak masalah yang dirumuskan tidak akan dapat terpecah karena metode untuk memperoleh data yang digunakan tidakn memungkinkan, ataupun metode yang ada tidak dapat menghasilkan data seperti yang diinginkan. Jika hal demikian terjadi, maka tidak ada jalan lain bagi si peneliti kecuali mengganti masalah yang ingin dipecahkan.

Secara umum metode pengumpulan data adalah :
  1. Pengambilan langsung ( Observasi )
  2. Wawancara
  3. Dengan daftar pertanyaan.

1. Pengumpulan Data dengan Pengamatan Langsung (Observasi)

Pengumpulan data dengan pengamatan langsung (Observasi) adalah pengamatan langsung terhadap kegiatan yang diteliti. Pengamatan yang termasuk ke dalam teknik pengumpulan data adalah :
a. Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.
b. Pengamatan harus berkaiatan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan.
c. Pengamatan dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang menarik perhatiannya.
d. Pengamatan dapat diperiksa atas validitas dan reliabilitasnya.

Keuntungan Penggunaan Observasi:
  1. Dengan pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untu mencatat hal - hal, perilaku, pertumbuhan dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung mengenai perilaku dari obyek dapat segera dicatat dan tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang.
  2. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subyek yang tidak dapat atau tidak mau berkomunikasi secara verbal. Misalnya anak bayi tidak dapat berkomunikasi secara verbal. Dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap bayi, sesorang dapat mengetahui perilaku bayi dan hubungannya dengan sifat - sifat tertentu. Dengan mengamati hewan atau tanaman seseorang dapat mengetahui respon hewan atau tanaman terhadap suatu perlakuan.

Kelemahan dari Observasi :
  1. Kadangkala diperlukan waktu menunggu yang lama untuk memperoleh pengamatan langsung terhadap satu kejadian. Misalnya jika seorang ahli antropologi ingin mengetahui adat perkawinan suatu suku terasing di suatu daerah, maka ia harus menunggu sampai ada upacara tersebut.
  2. Pengamatan terhadap suatu fenomena yang lama tidak dapat dilakukan secara langsung, Misalnya untuk mengamati sejarah kehidupan manusia sejak bayi sampai meninggal tidak mungkin sama sekali. Tetapi jika mempunyai waktu hidup yang pendek, seperti lalat bisa dilakukan dengan pengamatan langsung.
  3. Ada kegiatan - kegiatan yang tidak mungkin diperoleh datanya dengan pengamatan. Misalnya : Pertengkaran keluarga dan sebagainya.

Data yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung adan yang dapat dikuantifikasikan. Tetapi ini bukan berarti bahwa semua data yang diperoleh secara pengamatan langsung harus dikuantifikasikan.

Pengamgtan secara langsung dapat dilaksanakan terhadap obyek sebagaimana adanya di lapangan atau dalam suatu percobaan baik di lapangan atau di laboratorium. Cara penagamatan langsung dapat digunakan pada penelitian eksploratori atau pada penelitian untuk menguji hipotesa, Peneliti dalam mengadakan pengamatan langsung, dapat menjadi anggota kelompok subyek ( partisipan ), dan dapat pula berada di luar subyek ( nonpartisipan ).

Secara umum pengamatan langsung dapat dibagi dua, yaitu :
a. Pengamatan tidak berstruktur
b. Pengamatan berstruktur.

Untuk menentukan apakah suatu pengamatan yang dilakukan tidak berstruktur atau berstruktur, maka terdapat empat pertanyaan di bawah ini harus dijawab oleh peneliti, yaitu :
  • Apa yang akan diamati ?
  • Bagaimana pengamatan tersebut dicatat ?
  • Prosedur apa yang digunakan untuk memperoleh pengamatan yang akurat ?
  • Bagaimana hubungan antara pengamat dengan yang diamati.

a. Pengamatan Tidak Berstruktur

Pada pengamatan tidak berstruktur, si peneliti tidak mengetahui aspek - aspek apa dari kegiatan yang ingin diamatinya relevan dengan tujuan penelitiannya. Peneliti juga tidak mempunyai suatu rencana tentang cara - cara pencatatan dari pengamatannya, sebelum ia memulai mengumpulkan data. Pengamatan yang tidak berstruktur sering digunakan dalam penelitian antropologi ataupun dalam penelitian yang sifatnya eskploratori. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengamatan yang tidak berstruktur adalah :

Isi dari pengamatan
Pertanyaan yang amat sukar untuk dijawab dalam hubungannya dengan pengamtan yang tidak berstruktur adalah : Apakah yang ingin diamati? Karena dalam pengamatan yang tidak berstruktur, peneliti sendiri tidak tahu apa yang akan diamati. Seyogyanya, semua harus diamati, asal saja yang berhubungan dengan masalah yang dipecahkan. Karena itu, peneliti mengamati semua fenomena yang dianggap penting. Kalau ini tidak memenuhi sasarannya, maka ia pindah ke pangamatan lain sambil mempersempit jangkauan pengamatannya.Karena pengamtan tidak berstruktur sering digunakan sebagai teknik eksploratori, maka pengertian pengamat terhadap situasi terus berubah. Dan hal ini menghendaki perubahan terhadap apa yang diamatinya. Perubahan dari isi apa yang akan diamatinya merupakan penggunaan pengamatan tidak berstruktur secara optimal. Karena tidak ada suatu ketentuan mengani apa yang harus diamti oleh peneliti dalam pengamatan tak berstruktur, maka beberapa koreksi dapat diberikan :

1. Partisipan

Dalam hal ini peneliti mengadakan pengamatan untuk mengathui siapa partisipan dan bagaimana hubungan partisipan satu dengan yang lain. Bebrapa ciri - ciri partisipan yang ingin diketahui adalah : umur, pekerjaan, dan sebagainya. Dalam suatu kejadian perlu diamati apakah satu partisipan dengan kelompok atau tidak dan sebagainya.

2. Setting

Suatu keadaan atau kegiatan terjadi pada settting yang berbeda - beda, seperti rumah sakit, pabrik, halama, tanah lapang, kampus dsbnya. Selain itu juga perlu diketahui hal - hal yang berhubungan dengan perilaku, seperti apa yang dilarang atau apa yang dibolehkan dalam setting tertentu.

3. Tujuan

Pengamatan juga difokuskan untuk melihat apakah tujuan terjadinya suatu fenomena atau terjadinya suatu komunikasi atau terbentunya suatu kelompok.

4. Perilaku Sosial

Peneliti juga mengathui apakah yang terjadi secara aktual. Apa yang dikerjakan oleh partisipan dan bagaimana ia melakukannya. Dalam hubunganya dengan perilaku, beberapa hal yang ingin diselidiki adalah :
  • Stimulus apakah yang terjadi sehingga kejadian dimulai.
  • Apakah tujuannya
  • Untuk siapa atau kearah mana suatu perilaku ditujukan.
  • Bentuk aktivitas apa yang dinyatakan oleh perilaku ( bercakap - cakap, lari , duduk, mengendarai sepeda dan sebagainya ).

5. Frekuensi dan Lamanya kejadian

Dalam hal ini pengamatan ditujukan untuk mengetahui bila suatu situasi terjadi dan bila berakhir. Apakah fenomena tersebut berulang atau merupakan suatu fenomena yang istimewa. Apakah kejadian - kejadian tersebut sudah wajar terjadi dalam interval tertentu.

Mencatat pengamatan

Dalam pencatatan maka dua hal yang perlu diperhatikan adalah waktu pengerjaan pencatatan dan bagaimana fenomena atau kejadian dicatat. Waktu yang terbaik untuk mencatat pengamatan adalah langsung on the spot ketika kejadian sedang berlaku. Pencatatan on the spot dapat mengurangi bias yang disebabkan oleh kelupaan. Akan tetapi pencatatan on the spot terhadap perilaku mengakibatkan :

1. Konsentrasi pengamatan menjadi kurang.

2. Tidak terjadinya sesuatu yang sebenarnya harus terjadi akibat adanya reaksi kecurigaan dari obyek.

Hal ini biasa terjadi pada pengamatan dengan sistem partisipan. Jika situasi mencatat on the spot tidak dapat dikerjakan, maka si peneliti hanya dapat mencatat kata - kata kunci ( key words ) saja dari pengamatannya. Sesudah kejadian yang diamati selesai, maka dengan segera si peneliti harus menulisnya kembali semua pengamatan, dengan mengingat kembali apa yang terjadi sesuai dengan kata - kata kunci yang dicatatnya on the spot. Menunda - nunda penulisan merupakan hal yang amat fatal. Karena banyak sekali pengamatan yang dilakukan maka akan terjadi akumulasi dati catatan, maka sebaiknya setiap catatan diberi indeks. Dengan adanya indeks tersebut, peneliti dengan mudah mengatuhi suatu fenomena berkenaan dengan satu situasi kejadian. Indeks tersebut sekurang - kurang berisi : tnaggal, tempat pengamatan, beberapa nama yang terlibat, kelompok yang terlibat dan hubungan yang terjadi.

Ketepatan Pengamatan

Untuk meningkatkan ketepatan pengamtan, ada beberapa cara yang ditempuh :
  1. Peneliti menggunakan tape recorder untuk merekam pembicaraan. Kelemahannya tape recorder hanya dapat mencatat pembicaraan, tetapi tidak dapat merekam perbuatan.
  2. Peneliti menggunakan kamera
  3. Pengamat lebih dari satu orang. Dalam hal ini masing - masing pengamat mencatat fenomena, kemudian catatannya masing - masing dibandingkan. Dalam catata tersebut harus dijelaskan mana pengamatan fakta dan mana yang merupakan intepretasi.

Cara lain untuk meningkatkan ketepana dari pengamatan adalah dengan mengadakan wawancara langsung dengan satu atau lebih subyek yang ikut serta dalam aktivitas yang sedang diamati.

Hubungan antara pengamat dan yang diamati

Suatu hal yang penting dalam pengamatan langsung adalah si peneliti tidak dapat mengganti subyek penelitian. Ini berbeda jika peneliti menggunakan sistem wawancara. Jika seorang responden misalnya tidak ingin memberikan keterangan tentang suatu hal, maka peneliti dapat mencari respoden lain. Berbeda halnya dengan pengamatan langsung, maka si peneliti harus dapat mencari jalan agar pengamatan terhadap kejadian yang ingin diamati adalah si pengamat harus dapat meyakinkan obyek atau harus dapat memberikan alasan - alasan yang tepat mengapa ia harus mengadakan pengamatan terhadap perilaku atau fenomena yang ingin diamati.


b. Pengamatan Berstruktur

Pada pengamatan berstruktur, si peneliti telah mengatahui aspek apa dari aktivitas diamatinya yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian, dengan pengungkapan akademik yang sistematik untuk menguji hipotesa. Pengamatan bisa saja di lapangan atau laboratorium, bisa terhadap manusia, hewan maupun tumbuhan. Jika digunakan desain eksperimental, maka si peneliti tidak mempunyai kontrol terhadap variabel, tetapi dalam pengamatan berstruktur si peneliti lebih awal dapat menentukan perilaku apa yang ingin diamti agar masalah yang dipilih dapat dipecahkan. Pada desain metode eksperimental, si peneliti dapat mengadakan pengaturan terhadap beberapa perlakuan dan mengadakan kontrol yang sesuai untuk menguji hipotesa dan memecahkan masalah penelitian. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengamatan yang tidak berstruktur adalah :

Isi pengamatan

Karena pengamatan berstruktur telah direncanakan secara sistematik maka untuk menentukan isi dari pengamatan, peneliti menggunakan :

1. Sistem Kategori

Dengan mengamati fenomena sosial, peneliti dapat menggunakan kategorisasi terhadap fenomena yang diamati. Sebuah kategori adalah sebuah pernyataan yang menggarkan suatu kelas fenomena, dimana perilaku yang diamati dapat dibuat sandi. Suatu sistem kategori terdiri dari dua atau lebih kategori - katogori. Banyaknya kategori yang dibuat dan tingkat konseptualisasi serta terapannya terhadap situasi yang berjenis - jenis tergantung dari tujuan penelitian dan kerangka teori yang digunakan oleh peneliti. Kategori juga dapat mengurutkan sesuatu perilaku dari rendah ke tinggi dan sebaliknya.

2. Rating Scale ( Skala nilai )

Rating scale adalah sebuah instrumen atau alat untuk menetapkan subyek pada kategori dengan memberikan nomor atau angka. Penggunaan rating scale berguna karena :

a. menghilangkan hal yang tidak relevan.

b. Menghilangkan variabel yang membingungkan.

c. Mengklasifikasikan hal - hal sesuai dengan dimensinya.

d. Meletakkan penimbangan relatif terhadap hal - hal yang berbeda.

Misalnya : Kita ingin melihat tiingkat kewaspadaan sesorang anggota ABRI Sikapnya bisa sangat siaga, siaga, tidak siaga dan tidak siaga sama sekali.

Secara sederhana maka untuk tiap kategori di atas diberi angka atau nomor, misanya 4,3,2,1 atau 3,2,1,0 sebagai rating scale. Penggambarannya dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut :


Mencatat Pengamatan

Cara mencatat pengamatan tidak mempunayi standar tertentu, yang penting adalah fenomena dapat dicatat dan perilaku dapat dikatahui dengan jelas. Untuk memudahkan dalam pencatatan adalah dengan mengurutkan kategori pada sel - sel di mana kategori tersebut ditandai. Pencatat dengan menggunakan pinsil memberi tanda pada kategori dimana perilaku tersebut cocok ditempatkan pada sel tertentu.

Reliabilitas pengamatan

Reliabilitas pengamatan dapat ditingkatkan dengan cara menjaga beberapa hal yang mempengaruhi error pengamatan , diantaranya adalah :

i. Definisi yang kurang jelas dan lengkap tentang kategori yang diamati yang berkaitan dengan konsep - osep yang dibuat, dapat mengurangi reliabilitas pengamatan.

ii. Derajad kepercayaan dalam memutuskan suatu kategori harus lebih dahulu ditetapkan, sehingga dalam menilai sesuatu pengamatan, peneliti telah mempunayi pedoman dalam menilai pengamatan tersebut.

iii. Hidarkan persepsi kepentingan pribadi atau nilai sendiri dalam pengamatan banyak sekali kejadian timbul error karena peneliti telah merusakkan persepsi dengan menggunakan nilai - nilai pribadi.

iv. Melakukan latihan yang insetif terhadap pengamatan. Dalam hubungan ini perlu dijelaskan prosedur pengamatan, tujuan penelitian, teori - teori yang berhungan dengan masalah penelitian, mengenai kategori dan peraturan - peraturan dalam penggunaannya.

v. melakukan pre-test pada kelomopok kecil yang serupa dengan kelompok di mana pengamatan yang senbenarnya dilakukan.

vi. Penggunaan lebih dari dua orang pengamat dapat juga menimbulkan error, karena penekanan yang diberikan pengamat dipengaruhi oleh latar belakang ilmu yang dimiliki.

2. Pengumpulan data dengan wawancara ( Interview )

Didalam hal ini informasi atau keterangan diperoleh langsung dari responden dengan cara tatap muka dan bercakap - cakap. Yang dimaksud dengan wawancara atau interview adalah proses memproleh ketarangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide ( panduan wawancara ).

Beberapa hal yang membedakan wawancara dengan percakapan sehari - hari , antara lain :

i. Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenall sebelumnya.

ii. Responden selalu menjawab pertanyaan.

iii. Pewawncara selalu bertanya.

iv. Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawabab, tetapi harus bersifat netral.

v. Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat sebelumnya. Panduan pertanyaan ini dinamakan interview guide.

Interaksi dan komunikasi akan mudah jika waktu, tempat dan sikap masyarakat menunjang situasi. Waktu wawncara harus dicari sedemikian rupa sehingga bagi responden merupakan waktu yang tidak digunakan untuk pekerjaan lain dan diatur agar responden tidak menggunakan waktu yang terlalu lama untuk wawancara. Tempat wawancara haruslah di suatu tempat yang dapat dierima responden dan masyarkat sekelilingnya.

Makalah Pengumpulan Data Dalam Manajemen 1_

Faktor yang mempengaruhi interaksi dalam wawancara dapat dilihat pada gamaba berikut :

Situasi Wawancara:
  • Waktu
  • Tempat
  • Kahadiran orang lain
  • Sikap masyarakat

Pewawancara : Responden :
  • Karateristik sosial - karakteristik 
  • Ketrampilan melaksanakan - Kemampuan menangkap wawancara Pertanyaan
  • Motivasi -Kemampuan menjawab 
  • Rasa aman pertanyaan.

Isi wawancara :
  • Peka untuk ditanyakan
  • Sukar untuk ditanyakan
  • Tingkat minat
  • Sumber kekawatiran

Suatu kesarasian antara pewawancara, responden dan situasi wawancara harus dipelihara agar terdapat suatu komunikasi yang lancar dalam wawancara. Dalam hubungan ini maka sangat diperlukan :

a. Suatu hubungan yang baik antara pewawancara dan responden sehingga wawancara berjalan dengan lancar.

b. Kemampuan pewawncara mencatat jawaban sejelas - jelasnya dan teliti.

c. Kemampuan pewawancara menyampaikan pertanyaan kepada responden sejelas - jelasnya dan sesedrana mungkin serta memnyimpang dari interview guide.

d. Dapat membuat responden memberikan penjelasan tambahan untuk menambah penjelsanan jawaban sebelumnya dengan pertanyaan yang tepat.

e. Pewawancara harus dapat bersifat netral terhadap semua jawaban.

Urutan - urutan prosedur dalam memulai wawancara adalah sebagai berikut :
  1. Menerangkan kegunaan dan tujuan penelitian
  2. Menjelaskan mengapa responden terpilih untuk diwawancarai.
  3. Menjelaskan instansi atau badan apa yang melaksanakan penelitian tersebut.
  4. Menerangkan bahwa wawancara tersebut nerupakan suatu yang dapat dipercaya.

Beberapa Kulaifikasi Pewawancara

Ciri - ciri pewawancara yang baik adalah :
  1. Jujur : tidak mengadakan manipulasi terhadap jawaban responden, apalagi memberi jawaban sendiri tanpa melakukan wawancara.
  2. Berminat : kulaitas hasil wawancara dipengaruhi oleh minat si pewawancara dalam melakukan wawancara.
  3. Akurat atau tepat : seorang pewawancara harus akurat atau tepat dalam mencatat jawaban yang diberikan responden
  4. Penyesuaian diri : seorang pewawancara harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan,adat istiadar, responde, situasi dan kondisi wawancara, sehingga pewawancara dapat diterima dan melakukan wawancara dengan baik.
  5. Kepribadian dan temperamen : pewawancara harus mempunyai kepribadian yang baik dan bersikap yang wajar. Jangan terlalu berlebihan dalam segala hal dan jangan mempunyai temperamen tinggi atau terlalu emosional dengan responden.
  6. Intelegensia dan pendidikan : Intelegensia dan pendidikan memang diperlukan sebagai syarat seorang pewawancara, tetapi intelegensia dan pendidikan tidaklah yang terlalu tinggi.

3. Pengumpulan Data dengan Daftar Pertanyaan.

Berdasarkan siapa yang mengisi, daftar pertanyaan dibagi dua, yaitu :
a. Kuesioner : daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden dan diisi sendiri oleh responden.
b. Schedul : daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden dan diisi oleh pewawancara atau si peneliti sendiri.

Dalam hubungannya dengan leluasa tidaknya responden untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan - pertanyaan yang diajukan, pertanyaan dapat dibagi dalam dua jenis :

a. Pertanyaan berstruktur ( pertanyaan tertutup )

Pertanyaan berstruktur adalah pertanyaan yang dubat sedemikian rupa sehingga responden dibatasi dalam memberi jawaban pada beberapa alternatif saja atau satu jawaban saja.

Contoh :

Bagaimana pendapat Bapak mengenai diadakannya penataran P4 mulai tahun ajaran 1998/199

1. Sangat Setuju 3. Kurang setuju

2. Setuju 4. Tidak setuju

b. Pertanyaan Tidak Bertsruktur ( Pertanyaan terbuka )

Pertanyaan tidak berstruktur adalah pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa sehingga jawaban dan cara pengungkapannya bervariasi.

Bentuk pertanyaan ini jarang igunakan dalam schedul atau kuesioner, tetapi banyak digunakan dalam interview guide. Responden mempunyai kebebasan dalam menjawab pertanyaan terbuka. Dalam pertanyaan ini respondem tidak terikat pada alternatif - alternatif jawaban.

Contoh :

Mengapa Bapak tidak ikut program BIMAS ?

c. Kombinasi Pertanyaan tertutup dan terbuka.

Pertanyaan awal jawabannya sudah ditentukan tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.

Contoh:

Apakah Bapak ikut program Bimas ?

1. Ya 2. Tidak
Jika ya, apa saja yang pernah Bapak lakukan ?

Isi Pertanyaan :
1. Pertanyaan tentang fakta, misalnya umur, pendidikan, agama, status perkawinan.
2. Pertanyaan tentang pendapat dan sikap. Ini menyangkut perasaan dan sikap responden tentang sesuatu.
3. Pertanyaan tentang informasi. Pertanyaan ini menyangkut apa yang diketahui oleh responden dan sejauh mana hal tersebut diketahuinya.
4. Pertanyaan tentang persepsi diri. Responden memulai perilakunya sendiri dalam hubungannya dengan yang lain.

Petunjuk membuat pertanyaan :
1. Menggunakan kata - kata yang sedrhana dan mengerti oleh semua responden
2. Pertanyaan harus jelas dan khusus. Contoh: Bagaimana status perkawinan Bapak ? Lebih baik : Apakah Bapak sudah beristri ?
3. Hidarkan pertanyaan yang mepunyai lebih dari satu pengertian. Contoh : Berapa orang yang berdiam disini ? Lebih baik : Berapa orang yang tinggal di rumah ini ?
4. Hindarkan pertanyaan yang mengundang sugesti. Contoh : Pada waktu senggang, apakah saudara mendengarkan radio atau melakukan yang lain ? Lebih baik : Apakah yang saudara lakukan pada waktu senggang ?
5. Pertanyaan harus berlaku bagi semua responden. Contoh : Apakah pekerjaan Saudara sekarang ?

Ternyata menganggur , seharusnya ditanyakan terlebih dahulu : Apakah Saudara bekerja ?

Kalau jawabannya “ Ya “ lalu tanyakan : Apa pekerjaan Saudara ?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *